Halo-halo, dong! How are ya, met? Komar harap semua baek-baek aja, ya. Cuman ada kabar kurang baek nih dari salah satu wakil menteri kita, Gengs. Wakil Menteri Hukum dan HAM (Wamenkumham) Edward Omar Sharif Hiariej atau Eddy Hiariej terlibat kasus dugaan gratifikasi. And, udah masuk babak baru!
Aduduh Bang Komar! Ah, masa sih Ngab? Eug kureng yakin deh!
Hmm… Bener, Coy! Menurut pantauan Komar dari berbagai pemberitaan, udah FIX itu! Yup, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) baru aja upgrade status dugaan kasus gratifikasi Eddy Hiariej dari penyelidikan ke penyidikan. Kepala Bagian (Kabag) Pemberitaan KPK, Ali Fikri ngejelasin bahwa all about penyelidikan terhadap into this case udah finish!
Masih kureng yakin? Fine. Komar comot, nih, pernyataan resmi Bang Ali Fikri as a Kabag Pemberitaan KPK dari Detik.com soal naiknya status kasus dugaan gratifikasi Eddy Hiariej waktu Bang Ali lagi di gedung KPK, Jalan Kuningan Persada, Jaksel, Senin (6 November 2023). Nih, kata doski:
“Jadi, perlu kami sampaikan saat ini semua proses penyelidikan oleh KPK itu sudah selesai dilakukan sebagai tindak lanjut dari laporan masyarakat yang diterima oleh KPK,”—Ali Fikri
Ihh… Ngeri abis, Ngab!
Ya gitu deh Cuy. Ali juga bilang mereka bakalan fokus ke tahap penyidikan karena proses penyelidikan kasus dugaan gratifikasi Eddy Hiariej udah selesai dilakukan pihak KPK. Lo ketinggalan berita nih berarti, soalnya KPK udah ekspose sama gelar perkara kasus ini pada bulan sebelumnya. Tapi–inget ye–KPK masih ngerahasiain sosok tersangka dalam kasus ini.

Nah, mereka sekarang lagi ngumpulin tuh semua bukti yang diperluin before ngumumin TSK-nya (tersangka) dalam konferensi pers resmi KPK nanti yang Komar juga gak tau kapan. Udeh jadi kebijakan mereka juga, sih, buat publikasiin pihak-pihak yang ditetapin as a tersangka saat proses penyidikan udah mencukupi. Kata Bang Ali sih gitu, Cuy.
And the Beginning Begin: Laporan Indonesia Police Watch (IPW)
Astaganaga Bang Komar! Cerita napa Bang, awal mulanya gimans sih?
Ehh, itu naga (astaganaga) punya siapa lo bawa-bawa? Hihihi… Baieqlah, no problemo. ‘Tenang-tenang’. Ambil dulu kopi atau apa kek minuman paporit lau sama jangan lupa cemilannya biar kita makin saik ulas nih barang. Hehehe… Jadi, kasus ini awal mulanya, tuh, berasal dari sebuah kata dasar lapor yang ditambahin akhiran-an dan menjadi laporan. Nah, laporan ini dilapor oleh pelapor yang melaporkan sebuah pelaporan yang ditujukan bagi terlapor yang dilaporkan di dalam laporan itu.
Ah elah Bang, ribet amat sih lo!!! Ngomong yang jelas ngapa Bang! Takut ye? Hihihi.
Eh busettt set set sett… Gak ada takut2nya lo ngomong gitu ma Komar. Itu tadi kan intronya Cuy. Tapi Komar akuin emang keribetan sih! Hahaha…
Jadi, kasus ini bermula dari laporan Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Sugeng Teguh Santoso. Doi yang buat laporan itu dan ngelaporin Wamenkumham Eddy Hiariej ke KPK pada Maret 2023. Nah, di dalem laporan Mas Sugeng ini, Eddy Hiariej diduga terlibat gunain atau ngedagangin kewenangannya sebagai ‘Si Wamenkumham’ dalam sengketa kepemilikan saham tambang nikel bernama PT Citra Lampia Mandiri…
Oooh… Iya iya tau! Itu perusahaan yang ada di Morowali–Sulawesi Tengah kan, Bang?
Husst ngawur lo! Makanya jangan dipotong dulu kalo orang lagi ngomong kalik! Hehehe… Kejauhan Coy! Itu dimana–ini dimana? Ah gimane sih, lo! PT Citra Lampia Mandiri itu perusahaan pemilik konsesi tambang nikel yang ada di Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Bukan di Morowali. Gitu ceunah!
Duh, sampe mana tadi tuh. Ah iya, laporan Pak Sugeng dari IPW yak. Kita lanjut okeh. Nah, dugaan suap or gratifikasi ini tuh ngelibatin dua asisten Pak Wamenkumham, inisialnya Yosi Andika Mulyadi sama Yogi Arie Rukmana.
Bang! Inisial kali bukan nama lengkap!
Ah iya bener juga, maap-maap yak… Yah, mo gimana lagi dah terlanjur ketulis. Hihihi… Tuh, kan, elo potong lagi. Jadi lupa kan, nih. Oh iya! Dua asisten itu diduga terima uang gratifikasi dalam beberapa termin (kata laennya dicicil) dan masuk ke rekening pribadinya mereka berdua.

Kalau katanya Pak Sugeng, nih, ada dua peristiwa yang berbeda yang terjadi. Pertama itu ada permintaan konsultasi hukum. Kedua, request pengesahan status badan hukum yang bakalan dibikinin sama Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (AHU) Kemenkumham. Dengan kata lain, ada beberapa aliran dana yang diduga masuk Cuy. Waktu pelaporan di Maret 2023 kemaren, Sugeng juga ngebeberin sejumlah dokumen yang jadi bukti dalam kasus gratifikasi itu.
“Jadi ini terkait adanya aliran dana sekitar Rp7 miliar yang diterima melalui dua orang yang diakui oleh EOSH (Wamenkumham) tersebut sebagai aspri (asisten pribadi)-nya. Banyak, ada empat bukti kiriman dana. Kemudian ada chat yang menegaskan Wamen EOSH mengakui adanya satu hubungan antara dua orang asprinya penerima dana tersebut sebagai orang yang diakui. Sehingga, terkonfirmasi dana yang masuk ke rekening bernama YAR dan YAM adalah terkonfirmasi sebagai orang suruhan atau terafiliasi dengan dirinya,”—Sugeng Teguh Santoso.
Ngeliat namanya kebawa-bawa, Pak Wamenkumham langsung kasih respons. Doski klarifikasi aduan Sugeng terkait gratifikasi tersebut. Bahkan, ia menilai laporan IPW sebagai upaya tendensius yang ngarah ke pitnah Cuy. Eddy Hiariej juga bilang dalam klarifikasinya, kalau hal ini (laporan IPW) adalah masalah hubungan profesional antara asistennya sama klien yang digarap Sugeng Teguh Santoso.
In another side, YAR alias Yogi Arie Rukmana udeh ngelaporin balik Sugeng atas kasus dugaan pencemaran nama baik ke Bareskrim Polri. Jadi seru dah, tuh! Saling lapor soalnya.

Nah iya, jangan-jangan emang fitnah kali Bang? Tapi tunggu deh Bang. Emang bener ada kalrifikasi Pak Wamenkumham, Bang?
KLARIFIKASI kali, bukan kalrifikasi. Hehehe. Ada Cuy… Pak Eddy Hiariej kasih keterangan terbuka di 2 momen yang berbeda. Kalo lo gak percaya, Komar kutip dari Detik.com nih. (Maap ya Detik.com sering dipake Komar kali ini. Tapi ini demi kebenaran, kok, bukan buat yang lain. Ahoy!) Kata Pak Wamenkumham begini, nih, Cuy:
“Saya tidak perlu menanggapi secara serius karena pokok permasalahan adalah hubungan profesional antara Aspri Saya YAR dan YAM sebagai lawyer (pengacara) dengan kliennya Sugeng,”—Eddy Hiariej, Selasa (14 Maret 2023) melalui keterangan tertulisnya.
“Jadi pada hari ini Senin, 20 Maret 2023, atas inisiatif kami sendiri, kami melakukan klarifikasi kepada KPK atas aduan IPW yang tendensius mengarah pada fitnah,”—Eddy Hiariej waktu di gedung KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Senin (20 Maret 2023).
Penggunaan Pasal Suap dan Gratifikasi Jadi Jurus Jitu KPK?
WOW Bang! Gitu toh ceritanya. Berawal dari laporan IPW, klarifikasi Pak Wamenkumham, laporan diterima KPK, proses penyelidikan, nah sekarang berlanjut ke proses penyidikan KPK… I see… Tapi tetep kayak gak percaya ah, Bang. Jadi, lanjutin lagi deh Bang Komar.
Yes! Kurang lebih kayak gitu, Cuy. Sama sih. Komar juga kaget waktu ngedengernya. Tapi, kita lanjut ya. Nah, dalam ngusut kasus dugaan gratifikasi Eddy Hiariej ini KPK bakal ngegunain pasal jadi ‘jurus’ mereka. Pasal suap dan gratifikasi nama jurusnya, Cuy. Brigjen Asep Guntur Rahayu as a Direktur Penyidikan KPK ngejelasin bahwa penggunaan pasal suap ‘enable bring through’ adanya lebih dari satu tersangka dalam kasus ini. Dengan kata laen, KPK bakalan ngejerat pihak-pihak yang berperan sebagai pemberi dan penerima suap.
Hal itu ia sampaikan waktu diminta keterangan oleh mantemans pers di Gedung Merah Putih KPK, Jaksel, Senin (6 November 2023).
“Oh double. Ada pasal suap, ada pasal gratifikasinya. Kalau suap itu, enggak mungkin sendiri. Ada pemberi, ada penerima, paling tidak dua. Tapi di situ kan ada yang jadi perantara dan lain-lain,”—Asep Guntur Rahayu

Asep juga ngejelasin dalam kasus korupsi itu, pasal suap bisa dikenakan ketika terdapat sebuah kesepakatan atau “meeting of mind.” Jika kesepakatan itu beloman ada, KPK bakal make Pasal 12 B Undang-undang (UU) Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang mengatur soal gratifikasi.
Weleh-weleh. Ogut rada kurang mudeng sih Bang soal pasal-pasalan begitu. Arap maklum ya Bang. Hihihi…
Iye iye iye… Komar juga sama sih. Lah, “Si Paling Hukum” banget Komar. Hehe. Jadi kalau menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 12 B, berbunyi gini:
“Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya”
Hukumannya gak kaleng-kaleng, lho, Cuy. Kalau lo terbukti ngelanggar pasal tersebut maka lo bisa dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Ampun Bang…! Amit-amit jangan sampe dah. Serem banget sih, Bang?
Nah, makanya jangan maen-maen deh. Lempeng-lempeng ajah lah. Ah iya, ‘kembali ke laptop’ kalau kata Mister Tukul. Asep juga ngungkapin bahwa Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (Sprindik) kasus ini lagi diajuin untuk ditandatangani pimpinan KPK. Dia juga bilang kalau KPK bakal ngumumin tersangkanya ke publik kalau proses penyidikan udah selesai dalam konferensi pers mereka.
Data Transaksi Keuangan dari PPATK
Uuuhh… Seru Bang. Keringetan nih eug bacanya. Btw, udeh kelar Ngab?
“Tunggu, tunggu… Ada jawabannya. Aku mau jawab dulu…” (loh, kayak statement-nya siapa ya? Hehehe…) Ojo kesusu Bosskuu… Beloman kelar. Lagian, buru-buru banget sih. Mau kemana emang? =)
Komar lanjut ya, soalnya masih anget ‘fresh from the oven’ nih, Cuy. Baru aja, nih, KPK nerima data transaksi keuangan Eddy Hiariej dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Bang Ali Fikri (Kabag Pemberitaan KPK) bilang pihak mereka udah berkoordinasi sama PPATK terkait proses penyidikan yang lagi berlangsung.
Wiih! Ciyusan Bang Komar?
Ciyus, 2 ciyus bahkan! Cuma Bang Ali Fikri gak kasih rinciannya, Cuy. Yeee! Dah keburu kepo lo ya? Hahaha… Menurutnya, penyidik KPK lagi pelajarin secara detail semua data transaksi keuangan yang mereka dapet dari PPATK. Gitu ceunah kata Bang Ali waktu di gedung KPK pada Rabu (8 November 2023).
“Bahwa betul kami ada koordinasi dengan PPATK terkait proses penyidikan yang sedang berlangsung. Adapun substansi tentu tidak bisa kami sampaikan karena sedang berproses. Yang pasti kami sudah dapat itu dari PPATK,”—Ali Fikri

Kepala PPATK Ivan Yustiavandana juga say something, nih. Dia bilang pihaknya (PPATK) always koordinasi with the KPK jika nemuin transaksi keuangan yang terindikasi ‘aneh bin ajaib’. Doi juga mengiyakan kalau PPATK udah nyerahin bukti transaksi keuangan Eddy Hiariej ke KPK. Tapi, Ivan gak mau ngejelasin misalkan ada indikasi kejanggalan di dalam data itu Cuy.
“Semua penanganan tugas masing-masing antara PPATK dan KPK jika terdapat irisan kewenangan (TPPU-KORUPSI), pasti dilakukan kerjasama tukar menukar informasi. Itu sudah masuk materi penyidikan, ya. Bisa tanya langsung ke penyidiknya,”—Ivan Yustiavandana
Harta Kekayaan Eddy Hiariej
Nah, part ini pasti bikin lo bengong deh. Komar juga sama soalnya, bikin nganga. Hehehe… So selain dugaan gratifikasi, ternyata publik juga kepo sama harta kekayaannya Eddy Hiariej. Gimana gak kepo dan jadi sorotan, jumlah harta kekayaan Beliau sekitar Rp20 miliaran Cuy!
Wuaaduuh Bang Komar! Jadi kebayang-bayang punya kekayaan segitu Bang.
Hehehe… Bisa-bisaan aje lo bumbu toprak! =P Jangan suudzon yang ngadi-ngadi dulu deh. Total harta kekayaannya ini udah dilaporin Pak Eddy secara rinci ke KPK. Jadi berdasarkan laporannya ke KPK, harta kekayaannya tuh terdiri dari beberapa aset, include tanah, bangunan, alat transportasi, sama kas dan setara kas. Penasaran?
Ini Cuy:
→ 4 tanah dan bangunan di Kabupaten/Kota Sleman dengan total nilai Rp 23 miliar.
→ 3 alat transportasi, termasuk mobil Honda Odyssey, Mini Cooper 5 Door, dan Jeep Cherokee Limited, dengan total nilai Rp 1,21 miliar.
→ Kas dan setara kas senilai Rp 1,93 miliar.
→ Utang senilai Rp 5,45 miliar.
Nah, lo totalin sendiri dah tuh kalo masih kepo! Hehehe…
Btw, gratifikasi sama suap tuh beda-beda tipis Cuy. Kedua bentuk tindak pidana korupsi ini kesannya mirip gitu, tapi sebenernya gak sama. Nah, Wamenkumham Eddy Hiariej pernah ngejelasin soal perbedaan dari keduanya ini, lho.
Anak buah Yasonna Laoly (Menteri Hukum dan HAM) ini pernah spill perbedaannya waktu doski kasih opening speech di acara Lokakarya Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) Persiapan Desk Evaluasi Tim Penilai Nasional pada Senin (4 Oktober 2021).

Komar kutip pernyataannya dari Kompas.com nih, Cuy. Ini bedanya:
“Dalam bahasa undang-undang bunyinya begini, setiap gratifikasi dianggap suap. Tetapi mengapa pembentuk undang-undang harus misahin itu? Karena ada perbedaan prinsip antara gratifikasi dan suap. Kalau suap ada meeting of minds, ada kesepakatan. Tapi kalau gratifikasi, without meeting of minds, gak ada kesepakatan” —Eddy Hiariej
Oh gitu bedanya ya, Bang. Tapi… Ehh… Mudah-mudahan bukan ‘jeruk makan jeruk’ nih Bang Komar.
Well, kasus dugaan gratifikasi yang ngelibatin Wamenkumham Eddy Hiariej udah get public attention Cuy. Dengan di-upgrade-nya kasus ini ke tahap penyidikan/ investigasi oleh KPK, publik nungguin pengungkapan sosok TSK-nya dan perkembangan selanjutnya dalam proses hukum yang lagi berlangsung.
Lo nungguin juga gak? Apa ‘B’ ajah sama kasus dugaan gratifikasi Eddy Hiariej ini? Atau menurut lo, jangan-jangan kasus ini jadi sebuah pengalihan isu kasus gede yang laen? Udahlah gak usah banyak asumsi, Komar tunggu komen-komen pintar dari lo semua! Berani terima tantangan Komar?