Pabrik bahan baku baterai listrik atau baterai EV kini ada di Indonesia, tepatnya di Kawasan Industri PT IMIP Morowali. Peresmian pabrik tersebut diadakan pada Senin (26/9) dan dihadiri oleh Kemenko Marves RI, Luhut B Pandjaitan.
Pembangunan pabrik bahan baku baterai listrik ini merupakan kerja sama pemerintah dengan PT QMB New Energy Materials yang berlokasi di Kawasan Industri PT IMIP. Dengan hadirnya pabrik bahan baku baterai EV ini, Indonesia kini bisa menjadi ‘pemain’ dari kendaraan listrik dunia.
Nantinya, PT QMB New Energy Materials akan memproduksi energi baru dari bijih nikel laterit dengan menggunakan jalur hidrometalurgi. Digadang-gadang, pabrik ini juga akan memenuhi kebutuhan bahan baku baterai lithium generasi kedua secara global.
Menteri Luhut memaparkan, PT QMB menjadi bagian kerja sama strategis One Belt One Road antara Indonesia dengan Tiongkok. LBP memaparkan kalau PT QMB banyak mendukung Indonesia khususnya sektor industri yang lebih maju.
“Hari ini kita tidak hanya meresmikan pabrik hijau dan teknologi cerdas, tapi kita juga menyaksikan museum industri sumber daya nikel yang pertama dalam sejarah Indonesia,” jelas Luhut Binsar Pandjaitan.
Karena momentum ini sungguh fantastis bagi Indonesia, Luhut menjelaskan kalau nantinya proyek hidrometalurgi bahan baku energi baru bijih nikel laterit ini akan dipresentasikan di forum G20 bersama update pengembangan kereta api cepat di Bandung.
Di gelaran yang sama, Direktur PT QMB, Prof Xu Kaihua menjelaskan, peresmian lini produksi tahap pertama tersebut rupanya berkapasitas 30.000 ton per tahun dari proyek bahan baku energi baru dari bahan bijih nikel laterit berbasis hidrometalurgi.
Proyek ini sudah berlangsung tiga tahun lamanya. Hal ini dikarenakan adanya wabah pandemi COVID-19 yang sebelumnya melanda dunia. Tak hanya line jalur produksi pabrik bahan baku baterai listrik, di dalam proyek ini juga terdapat museum industri nikel kelas dunia dan pusat penelitian teknologi hidrometalurgi dan teknologi bahan energi baru.
“Proyek ini dirancang dan dibangun secara mandiri menggunakan bijih nikel laterit kadar rendah yang mengandung 0,8 – 1,3 % nikel yang tidak digunakan dalam proses pyrometallurgy. Memproduksi bahan baku utama untuk penggunaan energi baru dan sepenuhnya mendaur ulang nikel, cobalt, mangan, dan sumber daya lainnya. Serta mendorong nilai sublimasi bijih nikel laterit menjadi energi baru,” urai Prof Xu Kaihua.
Dalam gelaran tersebut, Menteri Luhut tak hanya menghadiri peresmian jalur produksi hidrometalurgi PT QMB New Energy Materials. Ia juga sowan ke pabrik nikel cobalt, PT HYNC, pabrik daur ulang baterai lithium, PT Indonesia Puqing Recycling Technology, dan pabrik yang akan memproduksi nikel matte, PT Zhongtsing New Energy.
Hadir pula Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan, Septian Hario Seto, CEP PT IMIP, Alexander Barus, perwakilan dari Tsingshan Group, Direktur Operasional PT IMIP, Irsan Widjaja, PT Merdeka Tsingshan Indonesia, serta beberapa perusahaan yang berada di dalam Kawasan Industri PT IMIP.