Jurang resesi telah menenggelamkan ekonomi sejumlah negara, tak terkecuali Indonesia yang hampir terjebak di dalam jurang tersebut. Agar tidak terjebak, pemerintah mematok target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2021 harus berada pada angka 4,4 – 5,5 persen.
Erick Thohir yang bertugas sebagai Ketua Tim Pemulihan Ekonomi Nasional dan Penanganan COVID-19 mengatakan, dirinya percaya bahwa Indonesia dapat mencapai target tersebut. Menurutnya, hal ini dikarenakan Indonesia memiliki dua faktor yang akan menyelamatkan ekonomi Tanah Air.
“Indonesia memiliki populasi yang banyak serta kaya akan sumber daya alam yang kaya,” ujarnya. Selain itu, Erick menyatakan bahwa pertambangan Indonesia kini adalah primadona dan penyelamat. “Indonesia memiliki cadangan nikel, bauksit, dan sejumlah mineral yang dapat memberikan nilai tambah. Sumbangan terbesar Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Indonesia berasal dari sektor energi dan pertambangan mineral batubara (minerba) yang mencapai Rp 172,9 triliun pada 2019, salah satunya karena hilirisasi nikel,” papar Erick.
Data dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, juga menyatakan bahwa nikel memberikan dampak positif kepada Indonesia. “Nikel ini dulu kita hanya ekspor, kira-kira nilainya USD 612 juta setahun. Tapi sekarang kalau dilihat kita sudah ekspor itu USD 6,24 miliar setelah menjadi stainless steel slab,” paparnya.
Dengan potensi ini, maka prediksi Bank Dunia terhadap ekonomi Indonesia yang bakalan tumbuh sekitar 4,8 persen di tahun 2021 tentu dapat terwujud. Serupa dengan Bank Dunia, IMF juga menyebutkan angka ekonomi Indonesia akan terkerek naik mencapai 6,1%. Dua lembaga ini menilai, Indonesia mampu beradaptasi cepat atas perubahan iklim bisnis dunia.